B20 Summit 2022: Hadapi Tantangan Ekonomi Global dengan Penguatan Kemampuan Digital
Advertisement
JAKARTA - Tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan bagi seluruh sektor industri di dunia yang masih bekerja keras untuk pulih kembali dari Pandemi Covid-19.
Salah satu faktor yang mendorong percepatan pemulihan pascapandemi Covid-19 adalah digitalisasi. Bersamaan dengan perhelatan forum dialog B20 yang telah melaksanakan puncak konferensi pada Senin (14/11/2022).
Advertisement
Chair B20 Digitalization Task Force sekaligus Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Ririek Adriansyah memaparkan bagaimana teknologi digital mengambil peran yang inovatif, inklusif, dan menciptakan pertumbuhan yang kolaboratif.
Forum B20 khususnya Digitalization Task Force yang terdiri dari co-chairs dan members B20 bekerja sama dengan knowledge partner telah merumuskan Policy Recommendations dari berbagai perspektif untuk dapat menjembatani kesenjangan digital.
Dalam 15 tahun terakhir, ekonomi digital telah tumbuh 2,5 kali lebih cepat dari PDB Global. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Dunia, pada 2023 menunjukkan hampir satu miliar orang baru terhubung dengan Internet secara global. Itu artinya, penetrasi Internet global mencapai 66%.
BACA JUGA: Smartfren Konsisten Dampingi UMKM, Ini Programnya...
Populasi digital yang bertumbuh kian masif juga semakin mempercepat akselerasi ekonomi digital begitu pula dengan peluang digital yang semakin luas untuk dapat dieksplorasi.
Dari data Microsoft Manufacturing Report (2019), pada sisi infrastruktur digital diproyeksi adanya senilai US$19,5 triliun potential value unlocked yang diperoleh dari pengembangan big data, AI, dan IoT di seluruh dunia.
Lebih luas lagi, digitalisasi juga membawa dampak positif bagi lingkungan. World Economic Forum memperkirakan bahwa digitalisasi berpotensi mengurangi emisi karbon sebanyak 15%, dengan terus bertransformasi, digital dapat mendatangkan nilai positif tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga untuk lingkungan yang berkelanjutan.
Selain manfaat dan potensi besar yang dapat digali dari digitalisasi, kesenjangan digital masih merupakan masalah yang nyata dan semakin berkembang. Ekosistem ekonomi digital yang inklusif belum dapat dirasakan dengan setara oleh masyarakat.
Oleh karena itu, B20 Digitalization Task Force mengidentifikasi empat hambatan utama yang menjadi faktor terhambatnya digitalisasi yang merata. Faktor pertama adalah tingkat kesiapan yang berbeda sehingga menghambat kemampuan negara dan bisnis untuk memanfaatkan digitalisasi sebagai pendorong utama pembangunan ekonomi nasional.
Selanjutnya adalah tantangan penyediaan infrastruktur dan literasi digital pada tiap kawasan, dukungan yang tidak memadai untuk digitalisasi UMKM, serta isu keamanan siber dan hak dasar di era digital.
Sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ini, B20 Digitalization Task Force merumuskan empat poin policy recommendations yang relevan, tepat sasaran, dan dapat ditindaklanjuti.
Pertama adalah mendorong pemerataan konektivitas secara universal untuk menjembatani kesenjangan digital dengan mengatasi hambatan akses untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital dan layanan pemerintah.
Kedua adalah membangun pondasi bagi ekonomi digital yang berkelanjutan dan tangguh. “Saat ini, ekonomi digital setara dengan 15,5 persen dari PDB global. Diperkirakan 70 persen dari nilai yang diciptakan dalam perekonomian pada dekade berikutnya akan bergantung pada infrastruktur digital yang mendukung bisnis berbasis digital. Sangat penting untuk mempercepat pengembangan dan adopsi infrastruktur digital untuk membuka pertumbuhan dan membantu dalam membangun ketahanan di seluruh negara,” kata Ririek.
Ketiga adalah menanamkan pola pikir dan literasi digital bagi setiap individu maupun pelaku UMKM sehingga dapat beradaptasi dengan baik mengikuti arus perkembangan ekonomi digital. Sementara poin yang terakhir adalah memperkuat keamanan siber untuk memberikan perlindungan terbaik bagi pengalaman pengguna.
Itulah sebabnya, untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, Telkom sebagai tulang punggung digitalisasi di Indonesia melakukan beragam upaya melalui penguatan kapabilitas tiga pilar bisnisnya, yakni infrastruktur digital, platform digital, serta layanan digital.
Dengan begitu, ke depannya hal ini menjadi lebih dari sekadar daftar rekomendasi, dapat menciptakan dampak nyata bagi masyarakat.
“Sangat menarik untuk melihat bagaimana digitalisasi mendorong ekonomi ke depan. B20 Indonesia 2022 memberi kesempatan untuk merefleksikan tanggung jawab. Digitalisasi membuka peluang baru bagi banyak orang. Dengan digitalisasi, Saya yakin akan ada hari esok yang lebih baik,” kata Ririek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Cek Harga Pangan Hari Ini, Selasa 5 November 2024, Harga Daging Ayam, Bawang Merah dan Beras Naik
- LPS Tempatkan Pegawai Fulltime di KDIC Korea Pelajari Penjaminan Polis Asuransi
- Boeing Tawarkan Kenaikan Gaji 38% Sebagai Solusi Akhiri Aksi Mogok Pekerja
- Program Makan Bergizi Gratis, Kementan Mengejar Pasokan 2 Juta Ekor Sapi Hidup
- Industri Tekstil Dalam Negeri Bermasalah, Kemendag dan Kemenperin Agendakan Pembahasan
Advertisement
Jaringan Petani Nusantara Mengapresiasi Penerbitan PP 47 Tahun 2024 Terkait Penghapusan Utang Macet
Advertisement
Minat Berwisata Milenial dan Gen Z Agak Lain, Cenderung Suka Wilayah Terpencil
Advertisement
Berita Populer
- Perkuat Potensi dan Tambal Gap Inklusi Keuangan, TPAKD DIY Gelar Rakor
- XL Axiata Tetap Tumbuh, Kantongi Laba Bersih Rp1,3 Triliun
- Pengangguran di Jogja Turun, Ini Tanggapan Disnakertrans DIY
- Harga Emas Antam Hari Ini Jumat 8 November 2024 Naik Jadi Rp1,527 Juta per Gram
- Harga Pangan Hari Ini 8 November 2024: Cabai Turun, Minyak Goreng Naik
- Tumbuh Positif, Penumpang KRL Jogja Solo Capai 659.764 Orang Sepanjang Oktober
- Tingkatkan Literasi Investasi Saham, Pasar Modal Indonesia Gelar CMSE 2024
Advertisement
Advertisement